05 Mei 2021

Apakah MSG berbahaya bagi kesehatan dan bisa bikin bodoh ?


ilustrasi: kompasiana.com

MSG merupakan singkatan dari monosodium glutamate dan istilah itu asing di telinga masyarakat indonesia. Nama akrabnya yaitu Vitsin, Motto, Sasa, Miwon, Ajinomoto, dan sebagainya. Produk tersebut digunakan sebagai bumbu masak atau penyedap rasa, atau dikenal juga dengan pembangkit cita rasa. Jadi tugas MSG adalah sebagai peningkat cita rasa dan menekan rasa yang tidak diinginkan.

 

Selain bersifat mempertegas rasa MSG mampu menekan munculnya rasa dan bau yang tidak dikhendaki misalnya menekan tajamnya bau bawang bombay atau bau tanah liat yang biasanya melekat pada kentang dan sayuran-sayuran tertentu. Dan mampu menghilangkan rasa pahit dari sayuran kalengan. Masyarakat pun sudah akrab sejak lama dengan MSG dalam makanan-makanan hasil fermentasi kecap, tauco, miso, keju dsb.

 

Pada tahun 1866, ritahausen seorang ahli kimia jerman, berhasil melakukan isolasi terhadap asam glutamat. Kemudian ilmuwan lain berhasil mengubah asam tersebut menjadi garam sodium (natrium) dan lahirlah yang namanya Monosodium Glutamat.

 

Lebih dari 40 tahun kemudian seorang ahli kimia dari universitas tokyo, Dr.Kikunae Ikeda pada 1908 menemukan sifat-sifat pembangkit cita rasa dari MSG tersebut. Dari hasil penelitianya tersebut ia mengungkapkan alasan penggunaan rumput laut, khususnya laminaria japanica, sebagai bahan penyedap sup atau pembangkit cita rasa. Rumput laut telah banyak digunakan masyarakat Asia timur khususnya di jepang sejak tahun 1.200 tahun yang lalu.

 

Di jepang pembangkit cita rasa tersebut disebut umami, yang artinya nikmat dan lezat. Mungkin di indonesia disebut sebagai kata gurih. Umami merupakan tambahan dari 4 rasa dasar yaitu asin, manis, kecut, dan pahit.

 

Banyak sekali presepsi masyarakat yang tidak benar setiap makanan yang enak berasal dari produk babi. Hal itu tidak benar. MSG secara komersial merupakan produk alami bukan sintetik dan dibuat melalui proses fermentasi dengan menggunakan bahan produk alami nabati bukan sintetik. Bahan-bahan mentah yang digunakan untuk pembuatan produk MSG secara massal adalah pati, gula bit, gula tebu, yang dikena sebagai tetes atau molase.

 

Sejak 1989, indonesia telah memiliki 9 produk MSG dengan estiminasi produksi lebih dari 20.000 ton MSG per tahun. Dalam takaran yang normal atau dalam jumlah yang lazim dikonsumsi manusia, MSG aman bagi kesehatan manusia. Jika mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan, setiap senyawa pangan apapun akan berakibat negatif.

 

MSG telah menjadi penyebab kontoversi di masyarakat karena beberapa bagian masyarakat percaya bahwa bila mengonsumsi makanan yang mengandung MSG, mereka akan sering menunjukan alergi. Karena MSG sering digunakan dalam makanan Tiongkok gejala reaksi tersebut dikenal dengan nama chinese resturant syndrom.

 

MSG dengan dosis super tinggi tersebut tidak dimasukan ke dalam tubuh tikus melalui mulut seperti lazimnya mengonsumsi makanan yang wajar, tetapi dimasukan dalam suntikan melalui saluran darah. Hasil penelitian tersebut mnyatakan ditemukanya gejala kerusakan tenunan jaringan otak pada tikus percobaan tersebut.

 

Hasil penelitian itu menjadi isu yang berkembang di masyarakat dan kemudian digunakan sebagai landasan pelarangan penggunaan MSG dalam makanan bayi. Penelitian yang sama dilakukan lagi dengan sedikit perubahan metode, MSG dimasukan melalui mulut dan hasilnya tidak ditemukanya hasil kerusakan pada otak tikus. Karena alasan tersebut, penelitian menggunakan MSG dosis super tinggi melalui suntikan tidak merefleksikan praktek dan kebiasaan mengonsumsi MSG yang lazim di masyarakat.

 

Sebetulnya ratusan hasil penelitian mengenai keamanan MSG telah dilakukan di berbagai negara, dengan fokus penggunaanya sebagai bumbu masakan. Berbagai penelitian dan sejarah penggunaan MSG mampu menunjukan secara pasti bahwa glutamat aman untuk dikonsumsi.  

 

 



0 komentar:

Posting Komentar