26 Juni 2021

Cabai dan kegunaannya bagi suku zaman dahulu yang belum kita ketahui



Masyarakat tradisonal di berbagai negara memiliki budaya untuk menjadikan makanan sebagai obat. Jargon seperti “jadikan makananmu sebagai obat dan jadikan obat sebagai makananmu” dikemukan oleh bapak kedokteran hipocrates tampaknya juga mengacu kebiasaan masyarakat yang menjadikan makanan sebagai obat.

Salah satu makanan yang juga merupakan obat yaitu cabai menurut para peniliti sejarah cabai lebih dulu digunakan sebagai herbal dibanding digunakan sebagai sayuran. Rasa pedas pada cabai digunakan masyarakat sebagai bahan herbal karena sensasi panas dan pedas yang dimiliki cabai mampu mempengaruhi kondisi tubug bagi yang mengonsumsinya.

Tradisi mengonsumsi herbal cabai telah dilakukan oleh bangsa india yang bermukim di berbagai daerah di Amerika tropis. Selain cabai, daunya bisa digunakan untuk mengatasi gangguan jantung dan meredakan inflasi eksternal, sedangkan cabainya digunakan untuk mengempiskan bagian tubuh yang bengkak. Campuran daun dan buah cabai biasanya digunakan untuk mempercepat pengeringan luka di bagian tubuh yang ter-iris. Ramuan cabai terkadang digunakan untuk obat luar untuk mengatasi sakit perut, dada, dan punggung.

Di masa lalu larutan bubuk cabai digunakan sebagai obat tetes mata oleh penduduk indian asli, tetes mata tersebut gunanya sebagai antidiot untuk mengatasi mata buta sesaat setelah terkena getah pohon beracun. Berdasarkan pengalaman masyarakat setempat, seseorang yang matanya tidak dapat melihat karena terkena getah beracun tersebut akan dapat melihat kembali setelah matanya dibasuh menggunakan air yang dicampur dengan sedikit bubuk cabai. Beberapa sumber menyatakan tradisi unik ini hanya sebetas pencegahan saja, namun tidak dapat digunakan untuk tujuan pengobatan, namun tidak dapat digunakan untuk menyembuhkan mata yang buta secara permanen.

Suku Maschusi Shamas memepercayai khasiat cabai sebagai obat sakit kepala. Mereka percaya bahwa ramuan cabai giling yang dilarutkan dalam air merupakan obat oral yang sangat ampuh untuk memacu stimulan alami tubuh. Ramuan ini dipercaya sebagai obat hirup (inhalasi) untuk mengatasi hidung tersebut.

Suku Tupi yang berasal dari Brazil suka sekali memakan cabai tertentu yang buahnya berbentuk panjang. Untuk membuat ramuan herbal, cabai asli Brazil ini digiling dahulu kemudian dicampur dengan garam. Mereka mengonsumsinya saat mulut penuh, yakni saat sedang makan-makanan utama. Ramuan ini biasanya mereka gunakan untuk mengatasi gangguan pada pencernaan. Selain itu ramuan yang sama seperti ini juga digunakan untuk mengobati disentri.

Berbeda dengan suku Tumpi, Trumai, dan Nambicura. Pada saat disentri mereka lebih suka meminum air mendidih yang dicampr dengan cabai merah besar yang telah digiling halus. Selain itu ramuan ini sering pula mereka gunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria. Setiap suku memiliki kebiasaan berbeda-beda dalam membuat bentuk herbal cabai. Suku Adokes Shamans memiliki kebiasaan meramu cabai giling dan daun stinging nettle untuk memperlancar proses kelahiran bayi. Suku Waoromi menggunakan ramuan berupa seduhan bubuk cabai untuk mengatasi mabuk minuman keras tradisonal yang terbuat dari tanaman Banisteriopis.

Masyarakat Indian juga menggunakan ramuan cabai untuk mengatasi ganguan gastrointensial. Bila sedang mengalami gangguan pada usus buntu, bangsa Taiwanos mengatasi berbagai macam penyakit dengan mengonsumsi cabai giling segar yang dibuang isinya, kemudian yang diaduk rata dengan makanan utama yang akan mereka makan. Sedangkan suku Riop Aparokis suka menggunakan ramuan bubuk cabai untuk mengatasi mual, bubuk cabai mereka larutkan dalam air hangat atau dibuat pil.

Dalam bahasa China, cabai memiliki beberapa nama daerah. Awalnya bangsa China menyebut cabai fa jiao yang artinya bumbu yang digunakan suku Barbar spicy. Nama tersebut kemudian berubah menjadi la qie yang berrati terong pedas hal ini karena ada cabao yang besar seperti buah terong.

Di China cabai lebih dikenal sebagai rempah dapur daripada herbal. Tidak semua suku China gemar mengonsumsi cabai. Rasa pedas pada masakan China biasanya merupakan perpaduan antara rasa lada Sichuan pepper. Keduanya merupakan rempah dapur yang bercita rasa kental dan aromanya yang pedas menyengat namun tidak panas di mulut seperti cabai. Bangsa China adalah bangsa yang jeli dalam meneliti khasiat suatu makanan. Dalam pengobatan China cabai digunakan sebagai simplesia untuk meningkatkan sekresi keringat (diaforetik), memicu pengeluaran cairan empedu, dan melancarkan peredaran darah. Dan mengarah pada sasaranya yaitu jantung, usus kecil, usus halus, lambung, limfa, dan paru. Seorang yang lesu karena menderita fatigue (kelelahan) atau karena disebabkan sebab lain dianjurkan agar mengonsumsi ramuan herbal yang di dalamnya terdapat cabai sebagai salah satu simplesia-nya. Dalam hal ini simplesia cabai berfungsi sebagai stimulan pembangkit tenaga.


Dalam pengobatan China cabai juga digunakan untuk menyembuhkan borok yang ada tumbuh di perut. Para hebalis di china percaya bahwa cabai dapat menumpas kuman penyebab borok di perut. Namun tidak semua pasien dinyatakan aman untuk mengonsumsi herbal cabai. Selain itu herbal ini juga harus dipantang oleh mereka yang sedang mengalami ulteresi lambung. Wanita yang sedang menyusui juga harus membatasi konsumsi herbal cabai. Dan orang yang mengalami pendarahan juga pantang mengonsumsi herbal cabai ini.

0 komentar:

Posting Komentar